Setelah
program “TAKLUKAN CIANJUR” menggetarkan kota Bogor dan sekitarnya oleh angkatan
dua SMAIT Insantama, kini mereka kembali menggetarkan bahkan
memporak-porandakan kota Bogor tepatnya di Desa Cibitung Kulon. “LKMM” (Latihan
Kepemimpinan Management tingkat Menengah) adalah program lanjutan LDK yang
telah mereka laksanakan pada tahun pertama, dengan metode ‘terjun’ langsung ke masyarakat dan melakukan
analisis SWOT untuk mengetahui potensi apa yang sebenarnya dimiliki oleh Desa Cibitung
Kulon.
“LKMM”
dilaksanakan pada tanggal 10-12 September 2012, diikuti oleh seluruh siswa
kelas 11 yang terdiri dari 16 ikhwan dan 23 akhwat. Dimana mereka kembali
dipecah menjadi 8 kelompok, guna ‘menggali’ informasi di delapan RW. Sebelum
program “LKMM” dilaksanakan, seperti tahun kemarin mereka juga diharuskan
mencari dana sekitar 12 juta dalam waktu kurang dari 10 hari. Alhamdulillah…
target tersebut dapat tercapai, walau sebelumnya banyak mendapat kendala.
Hari Senin 10 September 2012, pukul
06.00 WIB semua siswa SMAIT Insantama kelas XI sarapan dengan menu yang khas
yaitu 2 butir telur dan segelas air madu. Tepat pukul 06.30 WIB mereka berkumpul di depan sekolah
untuk mendengarkan pesan dari kepala sekolah SMAIT Insantama bapak Sri Meigo Pertiwiguno
atau yang biasa mereka sapa dengan sebutan pak Uno. “jangan terlena dengan
pemandangan yang ‘dihadirkan’ , ingat tujuan dan niatnya.” Salah satu pesan pak
Uno kepada mereka.
Pukul 07.00 WIB siswa SMAIT
Insantama kelas XI berangkat menuju Cemplang dengan menaiki angkot dan
dilanjutkan berjalan sampai kantor kepala desa, dengan menempuh jarak 13 km. Walau
badan dan wajah bersimbahkan keringat dan sinar matahari yang cukup menyengat,
tidak meluluhkan semangat mereka untuk terus berjalan. Bagi mereka jarak 13 km
belum ada apa-apanya, dari LDK tahun kemarin yang menempuh hampir 55 km.
Matahari tepat berada di atas
kepala, ketika mereka sampai di kantor Kepala Desa Cibitung Kulon. Mereka
disambut baik oleh Sekdes (sekertaris desa), sayang mereka tidak bertemu
langsung dengan pak H. Oji selaku Kades (kepala desa) di sana dikarenakan satu
dan lain hal. Setelah berpijit-pijit ria, dilanjutkan sambutan oleh Sekdes. Kondisi
badan yang sudah pegal-pegal dan rasa kantuk yang tak bisa ditahan lagi,
akhirnya mereka diperbolehkan untuk beristirahat di kediaman Ust. Mumuh.
Pukul 13.00-15.00 WIB digunakan mereka
untuk melepaskan lelah, dan tidur. Setelah badan sudah kembali pulih, acara
selanjutnya adalah berkeliling desa. Walau gerimis terus membasahi desa, tak
menghalau mereka untuk terus berjalan. Menapaki jejak-jejak di delapan RW,
melewati sawah-sawah yang terhampar luas. Cukup pemandangan yang menyegarkan
mata, dikarenakan sulit didapati di
tengah kota Bogor. Setelah puas berkeliling dan mengetahui batas-batas desa,
mereka kembali mendatangi kantor kepala desa untuk melihat monogram Desa Cibitung
Kulon dan pembagian kelompok.
Hari ke-2 adalah hari ‘pertempuran’
mereka untuk mencari informasi masyarakat setempat. Dengan bermodalkan pena dan buku catatan,
mereka terus maju guna mencari jawaban
atas semua pertanyaan yang terus berputar di kepala mereka. Mengetok pintu
ke pintu, mendatangi warga satu per
satu, bahkan mengejar warga setempat mereka lakukan. Banyak kisah inspiratif
yang mereka dapat, bahkan salah satu dari warga tersebut menangis. Menyentuh sebagian hati mereka, melihat
kenyataan yang sebenarnya.
Bagi mereka satu hari tak cukup untuk
mengelilingi desa, namun cukup untuk mengetahui apa yang terjadi. Rumah-rumah
warga yang sudah tak layak untuk ditempati , bahkan kemiskinan yang mereka
alami selama bertahun-tahun. Bu Mun
adalah salah satu warga RW 4 yang mengaku selama 30 tahun beliau tinggal tidak
ada perubahan, bahkan jalan desa pun tak ada perbaikan. Bala bantuan tak sampai ke tujuan, dan para
pemuda yang memilih pergi ke kota daripada membangun desanya.
Malamnya mereka berkumpul untuk
menyatukan hasil survey masing-masing RW, sampai pukul 11 malam. Setelah
perjuangan menjadi wartawan dadakan selama satu hari, guna mencari apa saja
SWOT yang terdapat di desa tersebut. Dengan wajah lelah dan kantuk yang tak bisa ditahan,
akhirnya menimbulkan kesimpulan bahwa desa tersebut berpotensi menjadi desa
agrowisata, dan solusi bagi desa tersebut adalah melakukan PEMBENAHAN.
Melihat slide demi slide yang ada,
foto demi foto. Membuat mereka meringis betapa kemiskinan itu hampir di setiap
pelosok desa. Yang kaya sangat kaya, yang miskin sungguh kasihan. Banyak fakta-fakta
terungkap, seperti adanya sabung ayam dan lintah darat/rentenir. Betapa
kagetnya ternyata ada salah satu warga “rela” menjual dirinya hanya untuk
membayar tagihan rentenir yang hanya ratusan ribu, sungguh miris mendengarnya.
Hari ke-3 adalah hari terakhir di Desa
Cibitung kulon, pukul 10 tepat kembali mereka pergi ke kantor kepala desa untuk
melakukan persentasi apa saja yang telah mereka dapatkan selama 3 hari 2 malam. Slide demi slide ditampilkan di depan sekdes
dan wakil RW, fakta-fakta diumbar secara ‘frontal’. Hasil dari analisis yang siswa kelas 11 lakukan
mendapatkan penilaian 100 % benar atau sesuai dengan fakta.
Setelah semua selesai, siswa kelas
11 kembali pergi ke rumah Ust. Mumuh untuk menikmati secangkir es degan. Pukul
13.00 WIB berangkat menuju SIT Insantama, tetapi kali ini mereka tidak lagi
berjalan kaki melainkan menaiki angkot. Selama perjalanan semua siswa tertidur
pulas, terpancar kepuasan di raut wajah mereka.
Ke sekian kalinya mereka
mendapatkan pengalaman baru, belajar bagaimana orang lain hidup. Bersyukur atas
nikmat Allah SWT yang telah mereka dapatkan, membuka mata hati bahwa masih ada
orang yang membutuhkan bantuan. Kembali siswa SMAIT Insantama mengukir sejarah
di pelosok kota Bogor, yang jauh dari jamahan orang-orang. Yang mungkin saja
orang kota tidak tahu bahwa di sini masih banyak orang yang jauh dari kata
sejahtera.
Jejak langkah mereka telah
ditakdirkan untuk menjadi seorang pengubah dunia, menghapuskan semua persepsi
bahwa dunia ini tidak adil. Meneguhkan argumen bahwa tak ada yang mustahil
untuk dilakukan, nikmati prosesnya. Dengan begitu dunia kan melihatmu.
Selamat untuk siswa SMAIT Insantama
kelas XI yang telah berhasil mendapatkan gelar “konsultan remaja”. Semoga di lain
waktu bukan hanya Bogor yang kalian getarkan dengan langkah kalian, tapi MALAYSIA
kan kalian getarkan dengan langkah calon pemimpin dunia! ALLAHU AKBAR!!
Salam jaish! Berkarya lewat pena,
suara, dan sketsa
0 komentar:
Post a Comment