Tanpa terasa ujian tengah semester pun segera tiba. Sebagai seorang siswa, kita harus bisa mempersiapkan dengan sebaik-baiknya. Karena sesungguhnya ada banyak urgensi dan hikmah dibalik ujian tengah semester yang akan kita hadapi.
Pertama, ujian adalah sebuah cermin diri artinya ujian adalah salah satu tools atau tolak ukur untuk mengetahui kondisi diri
kita, khususnya mengenai kemampuan dan tingkat kompetensi dari bidang yang kita
pelajari. Dengan mengikuti ujian, kita akan mengetahui hal apa saja sudah kita
kuasai dan hal apa saja yang belum kita kuasai sehingga kedepan kita bisa
memperbaiki kekurangan kita dan membuat diri kita menjadi lebih baik.
Kedua, ujian sebuah alat evaluasi dari sebuah sistem pembelajaran atau
kegiatan belajar mengajar (KBM) yang berlangsung. Dari hasil ujian, guru akan
bisa mengevaluasi sistem pengajaran yang dilakukan efektif atau tidaknya. Pada
dasarnya, setiap soal berisikan tiga tipe kesulitan yang mencerminkan tingkat
kemampuan atau pemahaman yang harus dikuasai. Tipe-tipe tersebut yakni tipe
mudah, sedang dan sulit. Soal dengan tipe mudah biasanya tentang kemampuan atau
pemahaman minimal yang harus dikuasi seorang siswa. Bagi
siswa yang hanya bisa mengerjakan ini biasanya hanya mendapatkan nilai C yang
artinya cukup. Soal tipe sedang biasanya berisi kemampuan atau pemahaman standar yang harus dikuasi seorang pelajar
atau siswa, bagi yang bisa mengerjakan soal tipe mudah dan sedang saja biasanya
mendapatkan nilai B yang artinya baik. Sedangkan soal tipe sulit biasanya
berisi kemampuan atau pemahaman ideal yang harus dikuasai seorang
siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu, bagi yang bisa mengerjakan tipe
mudah, sedang dan sulit biasanya mendapaikan nilai A yang artinya sangat baik.
Dengan melihat statistik hasil yang didapat, kita dapat mengevaluasi dari
efektivitas dari sistem pembelajaran yang telah dilaksanakan tersebut walaupun
tentu saja banyak faktor lain yang berpengaruh.
Sehingga apabila kita memahami akan urgensi dan tujuan dari
ujian tersebut, kita akan memahami pula bahwa bukanlah nilai A atau B lah yang
pada hakikatnya kita kejar. Nilai hanya sebuah parameter saja yang kadangkala
tidak bisa mencerminkan sepenuhnya secara tepat dari tingkat kompetensi kita.
Justru yang harus kita raih adalah kompetensi atau ilmu dari berbagai mata
pelajaran yang kita ambil.
Perilaku
curang dalam ujian
Tidak bisa kita pungkiri bahwa perilaku curang (baca :
menyontek) sering kali terjadi dalam pelaksanaan ujian. Banyak hal yang
menyebabkan perilaku yang sangat tidak prestatif ini sering terjadi. Kebanyakan
mereka yang sering berbuat curang dalam ujian itu tidak memahami akan esensi
dari ujian itu sendiri seperti yang telah dipaparkan di awal tulisan. Mereka
hanya mengejar nilai dan kadang mengabaikan kompetensi yang dimiliki. Nilai
kimia begitu diagungkan padahal masih banyak faktor yang harus kita meliki
untuk menunjang kesuksesan kita.
Tidak
salah lagi bahwa curang dalam ujian adalah perbuatan dosa karena di dalamnya
mengandung beberapa kemaksiatan. Pertama kita mendapatkan sesuatu yang bukan
hak kita apabila ternyata nilai kita menjadi lebih baik dengan menyontek tadi
dibandingkan kita tidak menyontek. Kedua, saat kita menyontek, maka kita telah
berbuat dusta kepada banyak pihak yaitu diri kita sendiri, kedua orang tua
kita, guru kita, sahabat kita dan tentu saja Allah Subhanahu wa Ta’ala juga.
Nah kok bisa? Logikany seperti ini. Saat kita mengikrarkan sebuah cita-cita
menjadi orang sukses atau prestatif tapi ternyata kita menggunakan
cara-cara yang sangat tidak prestatif dan cara-cara orang kalah yaitu dengan
menyontek, berarti kita telah berbuat dusta terhadap diri kita karena perkataan
dan perbuatan kita selaras. Saat kita memberikan kabar bahagia kepada orang tua
dan keluarga kita mengenai nilai kita yang ternyata dari hasil menyontek,
berarti kita telah berbuat dusta terhadap mereka. Begitu juga terhadap guru
kita yang merasa senang karena muridnya bisa mengerjakan soal dengan baik atau
sahabat kita yang mengucapkan selamat dan memuji atas nilai kita yang bagus.
Kemudian, pada saat sebelum ujian pasti kita berdo’a kepada Alllah untuk
memberikan kemudahaan dalam mengerjakan atau memberikan nilai bagus tapi disaat
bersamaan kita menggunakan cara-cara syaithan yakni dengan menyontek, maka
kitapun telah berbuata dusta terhadap Allah.
“Barangsiapa
berdusta terhadap diriku secara sengaja, hendaklah bersiap-siap menempati
tempat berbaring dari api atau sebuah rumah di jahannam: (HR Ahmad)
Bagi yang pernah melakukan kecurangan dalam ujian, mari kitaberistighfar,
bertaubat, meninggalkan dan sekaligus tidak mengulanginya lagi. Bagi yang belum
pernah, maka jangan pernah sekali-kali kita melakukannya. Marilah bersama-sama
menjadi pribadi prestatif dengan jalan yang prestatif, menjadi pribadi yang sukses
dengan cara-cara para pemenang dan menjadi pribadi yang berhasil dengan jalan
yang mulia. Selamat ujian, semoga nilai yang antum dapatkan sesuaidengan
harapan antum semuanya. [114]
0 komentar:
Post a Comment