Saturday 21 April 2012

Selamat datang di Bulan April, tepat bulan ke-empat dalam kalender Masehi. Selamat datang juga di bulan yang menjadi icon bangkitnya kesetaraan gender kaum wanita di Indonesia (katanya). Yups, tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Siapa hari gini yang tidak tahu Kartini? Seorang perempuan asal Jepara yang berjuang mengusahakan pendidikan bagi kaum wanita di desanya. Pasti semua tahu.

Dewasa ini, kaum feminis dengan ide kesetaraan gendernya mencaci habis-habisan peraturan-peraturan dalam Islam. Mereka bilang bahwa peraturan-peraturan itu mengekang kebebasan kaum wanita, merendahkan kaum wanita, menekan potensi-potensi keahlian kaum wanita. Tidak adil dalam pembagian pekerjaan atau hukum waris yang tidak seimbang. Dan bla...bla..bla... gak ada habisnya.


About mengekang kebebasan kaum wanita. Mari menelaah!... kebebasan seperti apa yang mereka maksud? Pamer badan seakan aurat wanita yang subhanallah berharga itu barang gratisan? Kebebasan berpendapat? Islam membolehkan kok wanita berpendapat, dulu pada zaman Rasulullah ketika ada suatu permasalahan, sering kaum lelaki dan perempuan dikumpulkan di masjid untuk dimintai pendapatnya terhadap masalah yang dihadapi.

Merendahkan dan menekan potensi kaum wanita karena meletakkan tugas utama seorang wanita yang mana adalah menjadi pengurus rumah tangga? Islam tidak pernah lho mengatakan ketika seorang wanita punya keahlian tidak boleh dikembangkan. Bahkan ada sebuah hadist shohih Riwayat Muttafaqun ‘Alaih yang mewajibkan mencari Ilmu bagi perempuan dan laki-laki.

Pendapat mereka bertentangan dengan apa yang sebenarnya diperintahkan Allah dalam Islam. Dengan menjadikan perempuan sebagai pengurus rumah tangga, sebenarnya Islam sedang menjauhkan wanita dari kehidupan keras dan kasar dunia luar. Yang notabene memang fisik kaum laki-lakilah yang disiapkan untuk ini. Seharusnya memang harus seperti itu, but karena para penguasa emang raja tega yang bikin rakyatnya miskin maka wanita terpaksa nyebur ke dunia keras. Maka ini sebuah dilema di tengah kepemimpinan negara yang seperti ini. Tapi, bagaimanapun ibu sebagai pengurus rumah tangga adalah kewajiban.

Selain itu, Islam dianggap menyepelekan wanita, coz dalam hukum waris wanita hanya dapat setengah dari kaum laki-laki? Yuhu... sobat, ketika laki-laki bekerja maka sudah jadi kewajiban baginya untuk menafkahi istrinya, anak-anaknya, orang tuanya, saudari-saudarinya, kerabat perempuannya. Banyak bukan? Maka, wajar sekali kalau kaum laki-laki dapat lebih banyak dari wanita. Sedangkan, jika wanita bekerja maka hartanya itu hanya miliknya, asyikkan? Nggak ada kewajiban buat menafkahi suami, anak-anak, orangtua. Apalagi jika ia dari orangtuanya mendapat harta warisan, sedangkan suaminya juga dapat warisan. Yang wajib dibagi adalah punya sang suami. Warisan sang wanita adalah miliknya sendiri tanpa beban kewajiban apapun.

“Wanita juga mau bekerja untuk menyalurkan potensinya!” Teriak para feminis. Bekerja bukan sekedar karena kebutuhan materi tapi karena gengsi. Wanita karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini boleh dibilang nyaris tidak ada jenis profesi yang belum terambah kaum hawa. Hebat bukan kaum hawa? Hebat dong nggak kalah sama laki-laki.

Jika kemudian angka kriminalitas, perceraian, perselingkuhan meningkat, dikarenakan terabaikannya keluarga sebagai basis pendidikan moral yang utama. Siapa yang mau disalahkan? Wanita kah sebagai seorang pengayom rumah tangga dan anak? Atau salah pembantu rumah tangga yang tidak becus mengurusi rumah dan mendidik anak? Hayoo...

Last, emang siapa sih wanita? Wanita adalah tiang utama pendidikan moral anak dan rumah tangga bersama dengan sang suami. Kalau boleh dibilang, kini bukan lagi hanya remaja yang menjadi harapan bangsa. Tapi, wanitalah harapan suatu bangsa. Karena dari kaum wanitalah akan dilahirkan generasi-generasi penerus. But, masalahnya kalau yang mendidik kabur dari ‘istananya’ buat sesuatu yang tak utama, walhasil generasi muda masa depan adalah hasil didikan siapa? Eng ing eng… kamu tahu jawabannya. Ya benar, generasi muda adalah hasil didikan pembantu.

Menurut Islam, tugas wanita dalam rumah tangga itu muliaaaa sekali. Karena wanita yang sukses bukanlah ia yang harus bersaing berebut dunia dengan kaum adam, tetapi wanita yang sukses adalah yang bertanggung jawab dengan tugas utama yang dianugrahkan Allah atasnya: mendidik generasi tangguh masa depan. So, kalau kita ngaku wanita modern, pasti kita tahu sebuah prioritas bukan? ;’)

Siapa sih wanita?

Kamu tahu jawabannya...

Ummun wa robbatul bait...


[zwan]

0 komentar:

Post a Comment

Unordered List

Sample Text

Member Blogs

Total Pageviews

JAISH. Powered by Blogger.

Followers

What is JAISH?

My photo
Bogor, Jawa Barat, Indonesia
JAISH (Journalist Asossiation of Insantama Senior Highschool) adalah sebuah club yang bergerak di bidang jurnalis di SMAIT Insantama Bogor

Cari Artikel

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget