Siapa nama asli kartini? Jawabannya, Harum. Loh kok Harum? Ya bener kok, coba aja simak lirik lagu yang sering dinyanyiin ini, “’Ibu kita kartini, putri sejati, putri Indonesia,Harum namanya “ ^^ hehehe. Itu Cuma sebuah anekdot yang sering kita dengar di masyarakat. Tapi Jaisher saat ini kita ga akan bahas masalah nama siapa Ibunda Kartini. Tapi gini loh temen-temen Jaisher semua kita kan sekarang lagi anget-anget nya ne hari kartini, dan ketika mendengar biasanya yang sering teringat ketika nama Ibu kartini di sebut apa…? Yapp bener. Slogannya “Habis gelap terbitlah terang”.
Nah mungkin temen-temen Jaisher pada belum tau ne apa sih penyebabnya ada slogan itu? Oleh sebab ituuuu… Kita akan menyajikan buat temen-temen Jaisher semua kenapa Slogan itu tercipta.
Begini ceritanya, pada zaman dahulu kala, hahaha kayak anak kecil aja ne didongengin. Kartini itu adalah orang yang kurang harmonis terhadap agama Islam, hal itu dapat dilihat di suratnya berikut ini yang dikirim ke salah satu temanya.
“Mengenai agamaku Islam, Stella, aku harus menceritakan apa? Agama Islam melarang ummatnya mendiskusikannya dengan umat agama lain. Lagi pula sebenarnya agamaku karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, kalau aku tidak mengerti, tidak boleh memahaminya?
Al-Quran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini orang diajarkan membaca Al-Quran tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilahkah, orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibacanya itu.
Tidak jadi orang yang sholehah pun tidak apa-apa asalkan jadi orang yang baik hati, bukankah begitu Stella?” (Surat kartini kepada Stella, 6 November 1899)
Bukan itu aja loh surat Kartini yang tercatat oleh sejarah, ne contoh surat yang lainnya...
“Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlunya dan apa manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Al-Quran belajar menghapal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya, dan jangan-jangan guru-guruku pun tidak mengerti artinya.”(Surat kartini kepada E.E. Abendanon 15 Agustus 1902)
Masih banyak juga surat surat kartini yang di sampaikan kepada teman-temanya yang lainnya.
Tapi temen-temen jaisher, ternyata suatu ketika apa yang dia yakini berubah drastis oleh suatu peristiwa. Pada saat itu Kartini diajak oleh pamannya ke suatu pengajian di rumah kediaman Bupati Demak. Pengajian itu dibawakan oleh seorang Kyai bernama Haji Muhammad Sholeh bin Umar (atau dikenal Kyai Sholeh Darat. Yah… sama kayak Abdullah Gymnastiar yang sering akrap dipanggil AA Gym ^^) tentang tafsir surah Al-Fatihah.
Wajah Kartini pun kayak di kartun-kartun gitulah dapat sesuatu yang menggembirakan (heheh…) ketika tau arti surat Al-Fatihah tersebut. Sehingga ketika selesai pengajian tersebut Kartini begitu mendesak pamannya untuk bertemu dengan Kyai Sholeh Darat tersebut. Sehingga setelah begitu lama berdialog dengan Kyai Sholeh Darat tadi, Kartini mendapatkan hadiah terjemahan Al-Quran jilid pertama sebanyak 13 juz, mulai dari surat Al-Fatihah sampai surat Ibrahim menggunakan bahasa Jawa.
Semenjak dari pengajian tersebut pandangan Kartini berubah 180 derajat tentang agama yang berasal dari nenek moyangnya itu. Tapi yang disayang seribu kali sayang, tak lama kemudian Kyai Sholeh Darat tadi sudah menghadap kepada Allah swt sehingga Al-Quran belum diterjemahkan semua ke dalam bahasa Jawa.
Ada beberapa dari sejarah yang mungkin tak banyak orang yang tau. Dari begitu banyak surat yang ada dalam Al-Quran ada suatu potongan kalimat yang paling digemari oleh Kartini dalam Surat Al-Baqarah ayat 257 yang potongannya adalah “Allah-lah yang telah membimbing orang-orang yang beriman dari gelap menuju cahaya (Minazh-Zhulumaati ilan Nuur)”.
Kartini merasakan kalimat Minazh-Zhulumaati ilan Nuur proses perubahan dirinnya dari kegelisahan yang tak berarah hingga menemukan hidayah.
Sehingga semenjak itu kelihatan perubahan-perubahan yang tergambar jelas di dalam surat Kartini. Kartini begitu sering mengulang-ulang kalimat “Dari Gelap kepada Cahaya” ini. Sayangnya istilah dalam bahasa Belandanya neh “Door duisternis tot licht” menjadi hilang maknanya karena eh karena terjemahan bebasnya itu jauh dari arti sesungguhnya yaitu “Habis gelap terbitlah terang”
[Snowman_c5/Ihsan Pratama]
Saturday, 21 April 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment